Kamis, 23 Maret 2017

Macam- macam Tradisi Islam di Nusantara

A. Seni Budaya Lokal sebagai Bagian dari Tradisi Islam
            Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal.
           
            Menurut pendapat Melville, Edward B. Taylor, menyatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, di dalamnya terdapat pengetahuan/pemikiran, keprcayaan/religi, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
           
            Seni atau kesenian termasuk bagian dari kebudayaan. Di antara perwujudan kebudayaan yang lain adalah pola pikir dan perilaku manusia, bahasa, peralatan hidup, dan organisasi sosial yang semua itu ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan masyarakat.

            Tradisi adalah kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan masyarakat. Adapun tradisi Islam adalah suatu adat kebiasaan yang didalamnya terdapat nilai-nilai agama islam.

            Tidak dapat dipungkiri bahwa seni dan keudayaan Islam yang berkembang di seluruh kepulauan Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan yang sudah lama berada di kesukuan tersebut. Selain itu, kebudayaan Islam di Indonesia berkembang setelah terjadi akulturasi (pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi) dengan kebudayaan yang ada pada saat itu. Hal itu dikarenakan dalam proses penyebaran agama islam di antaranya dengan cara pendekatan sosial budaya. Unsur budaya setempat, seperti tulisan, bahasa, arsitektur, dan kesenian yang bernilai Islami juga dilakukan oleh para mubalig dalam menyebarkan agama islam di kepulauan Indonesia, seperti di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.
            Contohnya, adat Makeuta dari Sumatra, yaitu adat yang berlaku di kalangan mesyarakat yang merupakan hasil perpaduan antara adat lokal yang telah berlaku sejak nenek moyang masyarakat Aceh dengan adat yang didasari nilai-nilai agama Islam.

            Dengan demikian, seni budaya di Nusantara tersebut merupakan bagian dari tradisi Islam. Di antara seni budaya lokal yang merupakan tradisi Islam adalah sebagai berikut.

1. Upacara Grebeg
     Grebek berasal dari kata grebe, gerbeg. Kata dalam bahasa Jawa anggrebeg yang bermakna mengiring raja, pembesar, atau pengantin. Grebeg Kraton Kesultanan Yogyakarta pertama kali diadakan oleh Sultan Hamengkubuono dengan mengeluarkan hajat dalem berupa gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan gepak, dan gunungan kutug/bromo. Grebeg dalam satu tahun diadakan tiga kali, yaitu:

  1. Grebeg poso/Syawal/bakdo yang diadakan setiap tanggal 1 Syawal (Idul Fitri) yang bertujuan menghormati bulan suci Ramadan dan malam lailatil qadar.
  2. Grebeg besar yang diadakan pada tanggal 10 Zulhijah bertujuan untuk merayakan Idul Adha.
  3. Grebeg maulud yang diadakan pada tanggal 12 Rabiul Awal bertujuan untuk memperingati Maulud/kelahiran Nabi Muhammad saw.

      Selain Yogyakarta, kota lain yang mengadakan tradisi grebek adalah Demak, Surakarta, dan Cirebon.

2. Gamelan Sekaten
     Gemelan Jawa pertama kali dibawakan oleh Sunan Bonang dalam rangka menyebarkan agama Islam untuk menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan Jawa yang menggemari Wayang dan musik Gamelan. Oleh karena itu, ia menciptakan gending-gending Jawa yang memiliki nilai-nilai Islam. Setiap bait lagu diselingi ucapan dua kalimat syahadat (Syahdatain) sehingga musik gamelan yang mengiringinya dikenal dengan istilah sekaten.

3. Perhitungan Tahun Caka (Saka)
    Sejak abad ke-8 M di Jawa sudah ada kerajaan Hindu-Jawa yang menggunakan perhitungan waktu dengan menggunakan sistem angka menurut saka. Tahun saka dihitung menurut perputaran matahari. Jumlah hari dalam sebulan berjumlah 30,31,32, atau 33 pada bulan terakhir (bulan Saddha).
     Akan tetapi, setelah datangnya Islam pada abad ke-16 M kerajaan-kerajaan di Jawa mulai menggunakan sistem penanggalan Arab yang disebut tahun Hijriyah. Tahun Hijriyah termasuk tahun komariah, yaitu tahun yang perhitungannya mengikuti perputaran bulan. Tahun Hijriyah diberlakukan di Jawa pada masa itu karena kerajaan-kerajaan Islam harus menyamakan dengan peringatan-peringatan penting dalam agama Islam, seperti Idul Fitri seriap tanggal 1 Syawal, Idul Adha 10 Zulhijah, dan Maulud Nabi Muhammad saw. 12 Rabiul Awal.

4. Pesta Tabuik
    Di Sumatra terdapat suatu pertinjukan berbentuk prosesi benda ritual yang dinamakan tabuik. Upacara ini diadakan untuk memperingati gugurnya pahlawan Islam yang bernama Husein bin Ali (cucu nabi Muhammad saw.). Husein gugur pada saat mempertahankan haknya sebagai pewaris tahta Khalifah Syiah yang direbut oleh Raja Yazid dari Bani Umayah.

5. Panah Kalimasada
     Dalam pewayangan kalimasada adalah senjata pusaka Prabu Puntadewa, Raja Amarta. Setelah Islam masuk melalui peran Wali Sanga (Sunan Kalijaga), kalimasada digunakan sebagai media dakwah. Kalimasada tersebut berisikan kalimat Syahadat sebagai ajaran tauhid Islam dalam cerita pewayangan. Adapun tokoh yang menjadi teladan dalam cerita tersebut adalah Puntadewa yang berhati bersih dan suci.


6. Niticruti, Nitisastra, dan Astabrata
     Niticruti, Nitisastra, dan Astabrata adalah karya sastra Jawa berbentuk pantun yang berisi tentang nasihat atau akhlak yang baik. Di antara contoh nasihat tersebut terdapat dalam lagu Dandanggula yang diciptakan Sunan Kalijaga berikut ini.
“ ... Wa man tu bi illahi,
tegesipun pracaya ing Allah,
ing Pangeran sajatine,
ya Pangeran kang Agung,
kang akarya bumi lan langit,
angganjar lawan niksa,
mring manungsa sagung langgeng tur murba misesa,
Mahasuci angganjar paring rezeki, aniksa angapura.”
Artinya:
“Sifat iman itu percaya kepada Allah,
Tuhan yang Mahabesar,
yang menciptakan bumi dan langit,
memberi dan menyiksa kepada seluruh manusia,
kekal dan berbuat sekehendak-Nya,
yang memberi rezeki, yang memberi siksa, dan mengampuninya.”  

7. Kesenian-Kesenian Tradisional
     Dalam penyebaran agama Islam, seni merupakan salah satu media yang digunakan untuk menarik masyarakat. Hingga sekarang banyak kesenian tradisional ataupun modern dari daerah tertentu yang menjadi tradisi Islam, seperti gambang kromong dan orkes gambus dari betawi.
     Selain kesenian yang menjadi peninggalan, sejarah bangunan masjid juga merupakan budaya Islam. Berikut ini akan diuraikan bangunan masjid sebagai peninggalan budaya Islam pada beberapa daerah di Tanah Air kita.

1. Masjid Raya Baiturrahman
     Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu masjid indah di Asia Tenggara. Masjid ini terletak di kota Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang merupakan pengganti kerajaan Aceh. Masjid ini mempunyai lima buah menara, menara tertinggi terdapat di halaman depan dengan ketinggian 51 meter. Dua buah menara terdapat di bagian tengah dan dua buah yang lainnya di bagian belakang.

2. Masjid Agung Banten
     Satu-satunya peninggalan kuno di Banten yang masih berdiri kokoh ialah sebuah Masjid yang terkenal dengan sebutan Masjid Agung Banten. Bangunan masjid ini didirikan pada tahun 1566 M atau tanggal 5 Zulhijah 966 H pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin.
     Di bagian samping terdapat sebuah museum yang disebut Tiyamah. Masjid Banten memiliki menara setinggi 30 meter, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakir. Perancang bangunan menara ini ialah seorang Indo-Belanda yang sudah memeluk agama Islam bernama Lucas Cardeel. Karena jasanya merancang Masjid Banten, Lucas Cardeel mendapat gelar dari Sultan, yaitu Pangeran Wiraguna.
3. Masjid Agung Demak
     Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman-Demak, Jawa Tengah. Demak adalah kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Selain sebagai pusat pemerintahan, Demak juga menjadi pusat kegiatan dakwah para wali songo pada masa pemerintahan Raden Fatah.
     Masjid Demak merupakan suatu kompleks raja-raja Demak dan sahabatnya. Bangunan masjid teriri atas bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat buah tiang utama yang disebut saka guru. Keempat tiang utama tersebut menjadi penopang atap yang berbentuk susun tiga. Bangunan serambi merupakan ruangan terbuka. Atapnya berbentuk limas ditopang oleh delapan tiang yang disebut Saka Majapahit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar